“Telah nampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan ulah tangan manusia; Alloh menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali. Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di muka bumi, lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Alloh.” (QS 30, Ar-Ruum:41-42)
Beberapa hari belakangan ini, tepat pada tanggal kita menyaksikan bencana banjir melanda Banten kita. Bencana banjir di Banten, merendam 44 kecamatan yang tersebar di lima kabupaten/kota. Sekitar 19.674 rumah yang dihuni oleh 61.689 jiwa terendam banjir. "Dari hari Senin (7/1/2013) tercatat sudah ada 44 kecamatan yang terendam banjir," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat data, Informasi dan Humas BNPB, Jumat (11/1/2013).
Banjir terparah, terjadi di Kabupaten Pandeglang yang merendam 12 kecamatan. Sekitar 12.624 rumah terendam di kecamatan tersebut, disusul dengan Kabupaten Serang yang merendam 13 kecamatan. Di kabupaten tersebut, terdapat 4.210 rumah yang terendam banjir.
Data lainnya, di Kabupaten Lebak terdapat 11 kecamatan yang terendam banjir. Di kecamatan tersebut, terdapat 1.949 rumah warga yang terendam banjir luapan Bendung Pamarayan. Untuk Kabupaten Tangerang, 4 kecamatan dengan 891 rumah, sedangkan Kota Serang terendam banjir di satu kecamatan dengan 112 rumah.
Banjir juga merendam jalan tol Tangerang-Merak di kilometer 57-58. Kepala Divisi Hukum dan Humas Pemerintah Provinsi Banten Indah Permanasari mengatakan, status dari Sungai Ciujung masih Siaga Kuning (waspada) perjalanan air untuk sampai ke kawasan tol sekitar dua sampai tiga jam.
Tol Tangerang-Merak ditutup untuk semua kendaraan sejak Rabu (9/1) pukul 23.43 WIB. Jalan tol terendam banjir dampak luapan air Sungai Ciujung dengan ketinggian sekitar 110 cm.
Kita tentu berduka dengan bencana yang melanda Banten ini. Kita senantiasa berdoa kepada Alloh swt semoga bencana ini segera berakhir. Kita pun sedapat mungkin mesti memberikan bantuan kepada saudara-saudara yang tertimpa musibah. Sungguh berat beban derita yang mereka alami. Guncangan kejiwaan dan kerugian harta benda yang besar pada mereka yang tertimpa musibah.
Ulah Tangan Manusia
Pada kondisi ini, sebagai seorang yang beriman, kita sepatutnya melakukan kontemplasi dan perenungan. Keyakinan kita mengatakan bahwa Alloh swt telah meletakkan neraca keseimbangan di alam ini. Karenanya kita pun diperintahkan untuk menegakkan kesetimbangan dan jangan melabrak kesetimbangan itu (QS.Ar-Rahmaan:7-9).
Pada surat ar-Ruum ayat ke-41, Alloh swt mengangkat masalah kerusakan lingkungan hidup baik di daratan ataupun di lautan dan mengaitkannya dengan ulah tangah manusia. Ulah tangan manusia ini dapat ditafsirkan pada perilaku tidak sadar lingkungan dan tidak profesional dalam mengembang amanah. Ini dapat terjadi mulai dari skala sikap individu hingga sikap pemerintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang diambil tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan tidak optimal melindungi masyarakat dari resiko bencana.
Pada skala individu orientasi kehidupan yang materialistis membuat pengambilan keputusan yang ingin memperoleh keuntungan pribadi, tanpa menghiraukan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Sikap ini membuat seseorang sembarangan membuang sampah. Sikap ini juga dapat mewujud dalam bisnis yang tidak mengindahkan faktor lingkungan atau amdal. Sikap-sikap individual ini akan semakin merusak ketika bekerja dalam skala kolektif dan ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang tidak sadar lingkungan dan korup.
Jadi ungkapan Alloh swt tentang akibat ulah tangan manusia mesti kita tafsirkan sebagai akumulasi berbagai sikap manusia yang tidak sadar lingkungan hingga ambisi bisnis yang tidak terkendali. Ulah tangan manusia juga berarti berbagai kebijakan pemerintah yang mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup dan kelengahan pemerintah untuk melindungi segenap masyarakat dari resiko bencana. Alam ini mencari keseimbangan yang saat ini tengah dilanggar manusia.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Serang Parmin, di Serang, Banten, Rabu (18/1/2012), mengatakan, curah hujan ekstrem merupakan penyebab banjir yang melanda Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang, beberapa hari terakhir.
”Curah hujan disebut ekstrem kalau dalam sehari mencapai lebih dari 50 milimeter (mm). Tanggal 13 Januari lalu curah hujan di beberapa wilayah Banten tergolong ekstrem,”
Di Kabupaten Pandeglang, curah hujan di wilayah Kota Pandeglang tercatat 59 mm, Menes 61 mm, Cibaliung 67 mm, dan Munjul 110 mm. Di wilayah Lebak, curah hujan di Leuwidamar terdata 172 mm, Rangkasbitung 110 mm, Sampang Peundeuy 120 mm, Situ Cimarga 108 mm, dan Cilaki 136 mm.
Terlewatinya kemampuan sungai menampung debit air di atasnya adalah cerminan terlabraknya batas life support system atau batas daya dukung lingkungan untuk menopang kehidupan manusia. Pada surat ar-Ruum:41, diungkapkan ”agar manusia merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka”. Demikianlah, manusia memiliki kecenderungan lalai dengan kekeliruan yang mereka lakukan, sampai mereka merasakan bencana. Bencana banjir yang tejadi di berbagai tempat saat ini memang diakibatkan curah hujan yang lebih tinggi daripada rata-rata. Akan tetapi di balik bencana banjir yang terjadi, kita dapat mengukur kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Derita akibat kerusakan lingkungan ini pun Alloh firmankan hanya sebagian dari kerusakan yang mungkin lebih besar.
Minim Bantuan
Ratusan rumah di kampung Koper Masjid, Desa Koper, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten, mengeluhkan minimnya bantuan yang diberikan. Bantuan beras 2 liter per rumah yang didapatkan pun sulit untuk dimasak karena peralatan dapur mereka rusak terendam air.
Selain makanan, warga juga sangat membutuhkan pakaian layak pakai, bahan-bahan makanan dan air bersih untuk minum dan mandi.
Akibat minimnya bantuan itu, para korban banjir mulai meminta-minta kepada pengendara yang melintas di jalan Tol Tanggerang-Merak, tepatnya di kilometer 47 dan juga Jalan Raya Serang-Jakarta.
"Kami sudah hampir 3 hari terendam air sampai 1 meter tapi dari pemerintah tidak memberikan bantuan sama sekali kecuali beras 2 liter, karena itu kita terpaksa meminta-minta di pinggir jalan tol," ujar Winarta salah satu warga yang rumahnya ikut terendam.
Winarta juga mengaku iri dengan warga Desa Koper Eretan yang selalu mendapatkan bantuan karena letaknya di pinggir jalan tol. "Berbeda dengan desa kami yang jaraknya 1 km dari pinggir tol yang tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah."
Saat ini, lanjut dia, kondisi kampung Koper Masjid terisolir dan membutuhkan makanan siap santap serta air bersih untuk keperluan sehari-hari. "Jika malam tidak ada penerangan karena arus listrik di daerah tersebut dipadamkan," ujar Winarta.
Warga pun mempertanyakan kenapa banjir dan longsor sudah berlangsung dua hari silam, gubernur baru mengunjungi mereka. Namun saat dimintai klarifikasi gubernur Ratu Atut Chosiyah mengatakan “bahkan tidak tahu kalau pada saat kejadian jam 04.00 shubuh saya juga ke lapangan, tetapi kan tidak perlu semua diinformasikan” Atut juga berjanji akan ada solusi jangka panjang dan jangka pendek. Atut mengatakan solusi jangka panjang bagi warga yaitu berupa pembangunan waduk namun baru akan terealisasi pada tahun 2017.
Semoga saja bahwa apa yang dijanjikan itu tidak sekedar janji, tapi dapat direalisasikan karena banjir ini bukan pertama kali terjadi, tetapi juga sudah kerap terjadi seperti tercatat pada tahun 2011. Musim penghujan memang kondisi alam yang tidak bisa dihindarkan setiap tahunnya, dan disinilah peran pemerintah agar dapat mengantisipasi musim penghujan agar tidak sampai menyebabkan banjir yang dapat merugikan masyarakat. Bukan lagi saling lempar salah siapa, tapi harus cari solusi bagaimana agar tidak terulang lagi.
Solidaritas
Pepatah mengatakan bahwa "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh". Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan seluruh aset dan potensi Umat Islam melainkan dengan menerjemahkan arti persaudaraan dan solidaritas secara benar, lalu diwujudkan dalam interaksi sosial dan prilaku kehidupan, Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam telah memberi gambaran kepada kita secara jelas tentang potret persaudaraan . Beliau bersabda:
"Orang mukmin bagi orang mukmin lainnya seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan". Dan Rasulullah SAW menjalike jari-jarinya. (Muttafaq alaih).
Dan beliau Salallahu alaihi wasallam juga bersabda:
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling cinta, saling belas kasihnya dan saling perhatiannya laksanan badan jika salah satu anggota ada yang sakit, maka yang lainnya merasa mengeluh dan panas".(Muttafaqun alaih).
Tentu, banjir Banten ini bukan lagi milik mereka yang merasakannya tapi juga milik aku, kamu bahkan kita semua. Musibah ini bisa semakin memdekatkan dan mempererat tali persaudaraan umat manusia. Kita bisa melihatnya dengan banyaknya bantuan yang diberikan pada mereka yang sedang tertimpa bencana alam. Bukan hanya berupa bantuan secara materi, tapi bantuan lain yang lebih bersifat moriil. Kita semua bersatu bahu membahu untuk saling membantu. Siapapun dia, dari mana asalnya, apa agamanya, sukunya, semua saling membantu tanpa melihat perbedaan, dan hanya melihat satu kesamaan, yaitu tempat tinggal kita semua adalah Banten, tanah air kita adalah Indonesia.
Sedikit kontlempasi bagi kita semua khususnya untuk seorang pemimpin.
"leiden is lijden"
memimpin adalah menderita
memimpin adalah menderita
bersiap tidur sekejapan saja, kerut-kerut di kepala, dan mempersilahkan wajahmu cepat menua.. tak apa toh, karena itu tarbiyah-Nya agar kita cepat dewasa.
memimpin adalah menderita
bersiap menjadi yang paling pertama menanggung segala resiko kausa
angguk dan gelengmu menentukan segala..
paling cepat ceria ketika yang lain putus asa,
paling cepat serius kembali ketika yang lain terlalu berleha
ia
menyembunyikan kuat-kuat emosi-nafsu-rasa
yang bertentangan dengan syari'ah-Nya.
seperti Rosululloh yang membersamai sahabat
menghancurkan batu ketika Perang Khandaq,
atau paling pertama mencukur rambut pasca Hudaibiyah
atau.. menahan perutnya dengan batu
demi mempertahankan zuhudnya.
jika kau benar-benar memimpin dengan garis-garis-Nya
dan cinta sepenuh jiwa
maka memimpin adalah menderita
menderita di dunia saja
karena ada janji-Nya
berupa bahagia di taman-Nya
dan
lenyap sudah semua derita..
Tangerang, 13 Januari 2013.
Kepala Departemen Kastrad KAMMI Untirta 1213
Arsanti Aradea
0 komentar:
Posting Komentar