A.
Prolog:
Manusia Dan Peradaban
Bismilahirrahmanirrahim...
وَتِلْكَ
اْلأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا
وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَآءَ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِيْنَ (آل عمران :
140)
“Demikianlah hari-hari itu Kami
pergilirkan diantara manusia (agar memperoleh pelajaran), dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zhalim.” (QS Ali Imran : 140)
Laksana aliran air, detak dan detik
aliran waktu akan terus berjalan tanpa mampu dihentikan oleh siapapun,
terkecuali atas kuasa dari Sang Pencipta, Alloh SWT. Sejak Nabi Adam AS turun
dari Syurga ke bumi, semenjak itu pulalah peradaban manusia dimulai.
Dengan terbantahnya teori
abiogenesis ala Aristoteles dan Teori Evolusi dari Charles Darwin, bak seorang
bayi, peradaban manusia juga dimulai dari hal yang sangat sederhana. Bagaimana
manusia harus mencukupi kebutuhan hidupnya, memperbanyak keturunan dan
bersosialisasi, dari kelompok-kelompok nomaden, manusia mulai hidup menetap.
Dari hidup menetap, manusia membangun pedesaan, lalu membangun kota, sampai
memperluas wilayah kekuasaan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan hawa nafsunya.
Peradaban yang melekat erat dengan
peristiwa jalan panjangnya manusia adalah dinamika yang mewarnai bagaimana
khalifah-khalifah dibumi Alloh mewariskan amanat sebagai keturunan Nabi Adam.
Peradaban besar yang pernah lahir
dimuka bumi pernah dicatat dalam sejarah.
Bangsa-bangsa legendaris yang
terkenal dengan kebesaran dimasa mereka masing-masing, seperti bangsa Sparta
yang mengaku keturunan dari Dewa Hercules, bangsa Lumeria, Peradaban
Mesopotamia ditepi sungai Eufrat dan Tigris, di Asia dan Eropa. Bangsa Inca dan
Maya yang yang menghiasi benua Amerika, hingga peradaban misterius seperti
Atlantis bila memang itu benar adanya.
Lalu kita pernah mengenal banyak
imperium besar yang pernah disaksikan dunia. Tengok kisah Alexander dari Macedonia,
yang kekuasaannya membentang dari Eropa, Afrika, hingga India. Pernah juga
manusia mengenal Imperium Romawi yang menguasai Eropa, Afrika dan sebagian Asia
kecil selama hampir 700 tahun. Beranjak ke Asia, dinasti Qin pernah menguasai
hampir seluruh daratan China. Lalu kisah epik dari seorang Panglima Mahapatih
Gadjah Mada yang dengan ‘Sumpah Palapa’ yang dia ikrakan menjadikan Majapahit
di Trowulan Mojokerto menjadi salah satu imperium besar yang pernah dimiliki
Asia. Selayaknya, manusia dan peradaban
tidak akan pernah terpisahkan.
B.
Kenapa BATU BATA PERADABAN
Batu bata. Sekilas bila terdengar
ditelinga, mungkin yang terlintas adalah suatu bahan material yang menjadi
salah satu elemen penting dalam membuat sebuah bangunan. Namun adakah kita
mengetahui cara atau proses pembuatan batu ini?
Proses pembuatan batu bata apabila
kita kaitkan dengan falsafah hidup manusia secara proses dan tujuan manusia
hidup dalam dakwah, maka proses pembuatan batu bata mengandung makna filosofis
yang amat dalam. Maka simak bagaimana batu bata ini dibuat yang kita kaitkan
dengan jalan dakwah yang menjadi kewajiban bagi manusia:
1. Filosofi Tanah
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Albaqarah: 30)
“Yang membuat sesuatu yang
Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”.
(QS. As Sajdah : 7)
“Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk“. (QS. Al Hijr: 26)
Manusia
adalah salah satu makhluk yang diciptakan Alloh SWT dari segumpal tanah, yang
kemudian Dia hembuskan ruh kedalam jasad. Pun dengan Batu Bata. Tanah liat
bukan sembarang tanah liat. Hanya tanah liat pilihan yang bisa dicetak untuk
menjadi batu bata.
Jalan
dakwah adalah jalan yang istimewa, seolah selektif, tidak semua individu
diberikan kesempatan oleh Alloh SWT
untuk menikmati, bahkan mencicipi jalan yang panjang dan penuh dengan
rintangan ini.
2. Filosofi
Seleksi
“Dan
betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar pengikut (nya) yang
bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan
Allah mencintai orang-orang yang sabar”. (QS Ali Imran: 146)
Dakwah
adalah sebuah jalan yang istimewa. Tidak semua orang yang beruntung tersadarkan
hatinya untuk menjadi bagian dalam jalan ini. Dakwah sebagai jalan yang menuntut
berbagai macam pengorbanan, keikhlasan bukanlah jalan yang mudah. Jiwa, raga,
harta, air mata, bahkan darah kadang harus tertumpah demi jalan ini.
Sebagaimana
karakteristiknya, dakwah merupakan amalan panjang yang penuh hambatan dan
rintangan. Perjalanan dakwah bukanlah perjalanan yang bertabur bunga dan penuh
penghargaan. Justru sebaliknya, dakwah adalah jihad dan pengorbanan seseorang.
Segala bentuk pengorbanan dituntut dari seorang yang ingin berdakwah, mulai
dari waktu, harta dan jiwa.
Semuanya menjadi konsekwensi yang harus diberikan saat seseorang telah menyatakan dirinya siap untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Dakwah jauh lebih penting ketimbang diri si pendakwah itu sendiri. Tegak serta berdirinya hukum-hukum Allah dan izzatul muslim atau harga diri ummat Islam merupakan orientasi mutlak yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Semuanya menjadi konsekwensi yang harus diberikan saat seseorang telah menyatakan dirinya siap untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Dakwah jauh lebih penting ketimbang diri si pendakwah itu sendiri. Tegak serta berdirinya hukum-hukum Allah dan izzatul muslim atau harga diri ummat Islam merupakan orientasi mutlak yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Lalu
katikan dengan proses pembuatan batu bata. Seperti yang tertulis diatas, tanah
liat yang digunakan untuk membuat batu bata tidak sembarangan. Pengrajin harus
memilih tanah liat yang baik dan pantas digunakan untuk batu bata. Inilah
seleksi tahap pertama. Dari sekian juta kubik tanah liat, hanya sekian kubik
yang bisa dicetak. Selayaknya manusia, dari milyaran manusia dimuka bumi,
tidaklah sampai setengahnya diberi kesempatan masuk untuk dibina atau dicetak
untuk mengarungi jalan dakwah.
Lalu
seleksi tahap kedua adalah, ketika batu bata sudah dimasukan kedalam cetakkan,
maka proses selanjutnya adalah penjemuran. Panas matahari adalah ujian. Dalam
proses ini tidak sedikit batu bata dalam cetakkan pecah dan tidak mengeras
dengan baik karena panas matahari. Lalu setelah seharian dijemur, maka proses
selanjutnya adalah pembakaran. Batubata-batubata yang telak terbentuk dalam
cetakkan wajib dibakar, agar warnanya memerah dan semakin padat. Namun sekali
lagi, dalam proses pembakaran ini, batubata-batubata yang tidak tahan dalam
panasnya api akan hancur dan pecah. Inilah seleksi tahap ketiga.
Demikian
juga dengan jalan dakwah, onak dan duri sebagai ujian, sebagai ajang seleksi,
apakah manusia kuat dalam mengarungi jalan ini atau tidak. Ujian demi ujian akan Alloh SWT berikan
kepada hambaNya, siapa yang ikhlas
berjuang, untuk mengetahui ketahanan dan keimanan hamba.
Alloh
SWT berfirman:
“Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka
tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut : 2 – 3)
3. Filosofi
Ukhuwah
Dan
yang terakhir adalah ketika batubata-batubata telah jadi dan siap digunakan
untuk membangun sebuah bangunan. Batubata-batubata yang telah jadi dikirim
kepada pembeli disuatu tempat. Biasanya menggunakan mobil bak terbuka atau
truk.
Perjalanan
panjang, tak selamanya jalan yang dilalui si mobil mulus. Ada jalan naik turun,
jalan yang berlubang, berkelok-kelok dan sebagainya, membuat batubata-batubata
dalam bak goyah. Ikatan tali yang kurang keras akan membuat sebagian batubata
jatuh ditengah jalan, sehingga tertinggal dari batubata-batubata yang lain yang
terus melaju.
Salah
satu karakteristik dakwah adalah bersifat tu’ul zaman atau sepanjang zaman. Tak
jarang ditengah jalan karena ikatan ukhuwah yang kurang, atau sudah tak kuat
lagi dengan berbagai ujian dan terlalu lelah mengarungi jalan ini, kembali para
kader-kader dakwah berguguran.
Disinilah
selain pentingnya ukhuwah. Dalam dakwah, apalagi dalam jama’ah, ukhuwah menjadi
sebuah elemen penting. Kekuatan sentral yang menentukan keberhasilan dakwah
atau tidak. Perjalanan yang panjang nan melelahkan fungsi ukhuwah sebagai ajang
untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, saling berbagi suka dan duka.
Apabila
ada saudara yang lelah, futur, bahkan kecewa, sebagai saudara yang selayaknya
saling mencintai karena Alloh selayaknya kita kembali merangkul mereka. Kembali
menguatkan mereka, kembali meyakinkan mereka bahwa sakit, lelah bahkan kecewa
adalah sunatullah dalam dakwah. Pegang erat kembali tangannya, untuk kembali melangkah
bersama.
Alloh
SWT berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ }الحجرات
"Sesungguhnya
mukmin itu bersaudara" (Surah al-Hujuraat:ayat 10)
4. Filosofi
Keikhlasan
Batubata-batubata
yang telah sampai ketempat pembuatan bangunan akan segera disusun. Pekerja,
satu demi satu menyusun bangunan tersebut dengan batubata sebagai fondasi utama
untuk menyokong agar bangunan itu kuat dan kokoh. Lalu terbentuklah sebuah
bangunan.
Namun
apakah pekerjaan sudah selesai? Tentu saja belum. Untuk menghias dan
memperindah bangunan, maka bangunan itu tentu harus dicat dengan warna yang
indah. Namun bukankah dengan ditutupi semen untuk kemudian dicat, maka
batubata-batubata tersebut jadi tertutupi dan tidak terlihat? Tetapi batubata-batubata tersebut tetap diam.
Demi membuat bangunan itu terlihat indah, maka mereka ikhlas diri mereka tidak
terlihat.
Begitulah
seharusnya kader-kader dakwah. Kerja keras, perjuangan, dan segala kelelahan
bukanlah semata-mata untuk mencari pujian atau dipandang hebat oleh sesama
manusia, namun hanya untuk mencari ridho Alloh. Dakwah ini diperlukan
keikhlasan. Andai saja batubata tersebut tidak mau ditutupi, atau ada sebagian
batubata yang ingin dilihat oleh manusia bahwa dirinyalah yang paling berperan
membuat bangunan tersebut kokoh, maka akankah bangunan tersebut terlihat indah?
“Sesungguhnya
shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.” (Al-An’am: 162)
“Sesungguhnya
Kami menurunkan Al-Quran ini kepadamu (wahai Muhammad) dengan membawa
kebenaran; oleh itu hendaklah engkau menyembah Allah dengan mengikhlaskan
segala ibadat dan bawaanmu kepadaNya.” (Az-Zumar: Ayat 2)
Bila
bangunan yang dibangun dari batubata-batubata yang terbuat dari proses yang
demikian panjang itu kita analogikan sebagai sebuah peradaban islam dan
kader-kader dakwah adalah batubatanya, maka dapat kita ambil kesimpulan, bahwa
hanya batubata-batubata pilihan yang dapat menjadi sebuah bangunan yang kokoh.
Kader
dakwah yang melalui berbagai ujian, rintangan yang menghadang dalam dakwah.
Kader-kader yang sudah merasakan pahit, manis, suka, duka. Lelah, futur,
kecewa. Mereka yang telah mengorbankan segalanya untuk dakwah, sebagai mahar
menuju syurga. Mereka yang telah menjual diri mereka kepada Alloh, agar Alloh
memberikan syurga untuk mereka. Mereka itulah batubata yang mampu menjadi
fondasi utama dalam sebuah bangunan peradaban.
Bangunan
Peradaban Kejayaan Islam, yang dibentuk dari berbagai macam karakteristik
kader, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan mereka, mereka berjamaah,
saling mencintai karena Alloh SWT. Kesamaan visi, misi mereka, kesamaan
langkah, detak jantung dan denyut nadi yang senada seirama. Individu-individu
yang berbeda inilah yang sekarang atas izin Alloh, berkumpul bersama dalam
sebuah jama’ah yang membawa sebuah misi mulia dan cita-cita besar untuk
kebangkitan islam.
Batubata-batubata
peradaban baru, Arruhul jadid, yang kini berhimpun bersama dalam sebuah barisan
indah bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat
Untirta, dalam kabinet BATU BATA PERADABAN.
Maka dunia, sambutlah kami. Biar kami torehkan sebuah tinta emas yang kelak akan dikenang dunia. Biar jejak-jejak kami terukir dibumi Alloh, dan meninggalkan cerita yang kelak akan dikenang oleh junior-junior kami hingga bertahun-tahun mendatang.
Maka dunia, sambutlah kami. Biar kami torehkan sebuah tinta emas yang kelak akan dikenang dunia. Biar jejak-jejak kami terukir dibumi Alloh, dan meninggalkan cerita yang kelak akan dikenang oleh junior-junior kami hingga bertahun-tahun mendatang.
Sabtu,
26 Januari 2013
Ketua
Umum KAMMI Untirta 12-13
Kabinet
Batu Bata Peradaban
-Kahfi
Yunus