Udah pada heboh kan mas and mba bro mahasiswa
seantero Untita? “Hari ini tanggal 14 Februari lagi, hari Valentine nih!!” Itulah kata-kata yang
ramai melekat di pendengaranku akhir-akhir
ini. Entah sesuatu yang dirasa special oleh sebagian muda-mudi yang punya
pasangan begitu sangat antusias memperingati hari itu… ini yeh, aku kasih tau sama kalian sejarah Valentine itu gimana.....
SEJARAH
VALENTINE DAY
Sesungguhnya, belum ada
kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi
yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku “Valentine Day, Natal,
Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka
Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:
Ada banyak versi tentang asal
dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo
Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian
menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi.
Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih
jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang
dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala. Menurut pandangan
tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai
periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara
pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion,
yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal
sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama
Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang
setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Di zaman Roma Kuno, para
pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa
Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang
dewa. Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan
dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh
siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh
kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut
akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan
di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah
rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara
tanggal 13-18 Februari, di mana
pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari),
dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno
Februata. Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama
gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama
secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun
penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang
memilihnya. Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta
perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para
lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu
berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak
mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur. Ketika agama
Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini
dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama
gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar
Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran
Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi
Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo
Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo
Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih
berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal
pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada
masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa
sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah
diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan
memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan
berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah
tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine
lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua
menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah
dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu
kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan
kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara
diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap.
Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi
dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
BAGAIMANA
ISLAM MEMANDANG??
Nah akhirnya kita taukan bagaiman
kisah sejarah Valentine’s Day tidak lain bersumber dari paganism orang musyrik,
penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya
dengan kasih sayang. Lalu kenapa kita masih juga menyambut hari Valentine? Adakah ia
merupakan hari yang istimewa? Adat kebiasaan? Atau hanya ikut-ikutan semata
tanpa tahu asal muasalnya? Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman
kita -remaja putra-putri muslim – yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor
budaya Barat dan acara ritual agama lain.
Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta
pertangggungjawabnya? (QS. Al-Isra’ [17]: 36).
Tuh kan, serem yah sejarahnya…
kira kira ketika kalian sudah mengetahui sejarahnya apakah kalian akan tetap
mengikuti dan merayakanya? Padahal kalo kita mengikuti berarti kita
berpartisipasi untuk menghancurkan karakter kita sendiri sebagai pribadian
muslim. Maka dari itu jauhilah kebiasaan yang jahiliyah, yang dapat merusak
kepribadian kita, merusak keislaman
kita. Jika generasi muda muslim telah rusak, maka Islam ini akan mudah
dihancurkan. Kita sebagai muslim memiliki karakter dan kepribadian yang khas
dan istimewa berdasarkan teladan Rasulullah SAW. Tanggung jawab kita adalah
menyerap, mengamalkan dan memeliharanya. Jadi, mengapa harus mengambil
kepribadian orang lain yang belum tentu baik, atau bahkan nyata keburukannya? Valentine
kenapa nggak kita tinggalin jauh-jauh? Valentine kenapa ngga kita hapus dari
kamus seorang muslim?
Wallahu’alam bi showab
By :
Lufi Luhfia
Komala
Kadept. Kemuslimahan
KAMMI Komisariat Untirta
2012-2013 Kabinet Batu Bata Peradaban
0 komentar:
Posting Komentar