Minggu, 28 Juli 2013

Mesir, Akankan Terus Berkepanjangan?

0 komentar
"Kita semua diibaratkan dengan satu tubuh, apabila satu tubuh sakit, maka yang lain akan ikut merasakannya."
Mungkin kalimat tersebut sudah sering kita dengar, apa lagi jika kita membicarakan tentang Ukhuwah Islamiyah. Salah satu problem dunia yang melibatkan muslim itu juga akan menjadi keharusan muslim yang lain untuk mebantu, jika Ukhuwah Islamiyah masih berlaku dikalangan muslim.

Mesir, kini bukan kata yang asing ditelinga kita. Beritanya yang center menyebabkan banyak yang berpikir kritis, resah, bahkan ada juga yang duduk terdiam dan bingung. Kini saudara-saudari kita disana sedang sangat membutuhkan bantuan, ya terlebih bantuan
sikap pasti dari kita. Apakah kita masih mau terdiam dengan kondisi mereka yang terus bertumpahan darah dengan adanya problem yang dikemas sebegitu cantik, sehingga banyak yang bertindak diluar nalar.

Dalam kondisi yang terus mencekam, sudah sampai mana kita menanggapinya? Apa hanya menjadi penonton? Atau hanya berdiam diri ikut hanya menunggu kepastian saja? Bergerak adalah pilihan, memberi sikap adalah sebuah keharusan. Jika banyak yang berkata "Ah, itu negara lain, biarlah mereka mengurusi negara mereka sendiri. Toh Indonesia juga belum lebih baik" Omongan lemah seperti itu hanya diungkapkan oleh sosok manusia yang tak tau apa-apa atau benar-benar pemikirannya sudah kebablasan dengan ulah kebiadaban zaman.

Jika kita cerdas dan mengikuti sejarah dengan baik, maka kita akan tau, negara mana yang pertama kali menyatakan kemerdekaan Indonesia? Ialah Mesir, yang kini sedang sekarat, yang kini sedang berdarah. Apa masih mau kita berdiam diri dan sibuk berbenah untuk kesejahteraan diri sendiri dan menjadi makhluk individual tak acuh? Mulailah berkaca dengan sadar, siapa diri kita? Untuk apa hidup ini jika bukan untuk kebersamaan yang jelas? Mau jadi apa kelak diri ini dihadapan Allah tanpa sebuah perjuangan?

Jika kita terus memantau keberadaan sejarah Indonesia, maka masyarakat akan tau, apa yang dipekikan para pejuang terdahulu dalam menyambut kemerdekaan Indonesia, mereka memekikkan kalimat "ALLAHU AKBAR!" dengan penuh semangat dan lantang. Betapa suasana indah saat itu tercipta karena kekuasaan Allah SWT. Banyak yang syahid dan banyak juga yang berjihad tetap dijalan Allah. Jadi, masihkah terpikirkan bahwa Indonesia tak perlu membela negara muslim lainnya? Segera tersadarlah.

Mesir masih menjadi acuan media akhir-akhir ini. Masyarakatnya beramai-ramai mengungkap aspirasi satu sama lain. Namun tak dihernakan jika diantara mereka malah baku hantam, kebijakan pemerintahnya yang terbilang aneh menjadikan kebrutal
an kian menjadi sahabat yang setia di Ramadhan mereka. Sudah jelas siapa pemimpin yang terpilih pada pemilu di Mesir dan menang telak. Namun apa daya? Tak heran jika ada saja oknum yang ingin menguasai suatu negara tanpa landasan yang jelas dan suatu kepalsuan, demi memuaskan keinginannya. Di Indonesia juga ada beberapa kasus yang setipe dengan itu, namun tak sampai perang dengan menggunakan senjata yang mematikan.

Teror demi teror terus menjadi makanan sehari-hari, para syuhada terus bertambah. Apakah kondisi ini bisa dikatakan sehat? Jika memang tidak, maka sebagai saudara yang baik dan memiliki landasan keadilan pada sila ke-5, maka sepatutnya bagi kita saudara-saudara yang baik memberikan sikap yang seharusnya. Minimalnya (selemah-lemahnya) adalah mendoakan mereka agar segera berada dalam kondisi yang semestinya.

Wallahu'alam bishowab...

(hst/humas)
Continue reading >>

Tamu dari Palestina

0 komentar
Kamis, 25 Juli 2013 menjadi sejarah baru untuk Untirta, kedatangan tamu dari Palestina. Imam besar masjidil Aqsa sekaligus mantan Rektor Gaza University, Sayikh Muhammad Mahmoud Sheyam. Menjadi luar biasa karena beliau dapat sharing bersama dengan civitas akademika Untirta dan orang-orang dilingkungan Untirta yang turut hadir pada acara Safari Ramdhan, yang diselenggarakan oleh Rumah Amal SNAB Untirta bersama dengan teman-teman KAMU (Keluarga Aktifis Muslim Untirta).

Syeikh Muhammad Mahmoud Sheyam, bersama pendamping
penerjemahnya, di Masjid SNAB Untirta.
Cukup banyak yang beliau bagi dan beliau sarankan untuk para pemuda di Untirta, yang beliau anggap sebagai anaknya sendiri, dengan kata "wahai anak-anakku sekalian". Beliau menghimbau, bahwasahnya walau Untirta bukanlah sekolah berbasis Islam, tetapi dengan terus berislam dan membangun juga mendukung pergerakan islam, maka Untirta akan bangkit maju dengan para pemudaya yang berkualitas.

Saat ada yang bertanya "Bagaimana menurut syaikh tentang anak Palestina yang luar biasa hebat?", dengan santai Syaikh Sheyam menjawab "mungkin karna mereka dalam kondisi tertekan, jadi mereka bisa menjadi anak yang kuat dan luar biasa." Dengan kata lain, beliau menganggap bahwa setiap anak memiliki potensi yang sama dan sesuai dengan sikonnya. Tapi pada kenyataannya, memang anak Palestina adalah anak yang luar biasa.

Beliau juga berkisah sedikit tentang sahabatnya, Syaikh Ahmad Yasin. Bahwa sebelum beliau sakit, sering sekali mereka bermain besama, sampai pada masanya  saat mereka bermain bersama, Syaikh Ahmad Yasin loncat dari ketinggian yang tak diduga-duga, akhirnya mengalami patah tulang dan menghabiskan masa hidupnya di kursi roda. Namun tak menggentarkan hatinya untuk terus belajar, malah lebih giat membaca buku dan membuat perubahan besar untuk islam. Subhanallah...

Terakhir, Syaihk Sheyam berpesan bahwa Untirta harus bisa lebih produktif dalam membangun bangsa, karena Untirta adalah miniaturnya Indonesia. Dan beliau berkata "semoga ini bukan pertemuan terakhir".
Semoga... :)

(hst/humas)
Continue reading >>
 

KAMMI Komisariat Untirta - Copyright  © 2012 All Rights Reserved | Design by OS Templates Converted and modified into Blogger Template by BTDesigner | Back to TOP