Selasa, 30 April 2013

Serunya DM 1 Part 2

2 komentar
Menjadi indah manakala kita dapat menjalin kebersamaan, seperti yang dilakukan pada DM1 Part 2 kali ini. Sabtu hingga Ahad (27-28) April 2013 adalah momen dimana KAMMI Komisariat Untirta mengadakan acara yang ditunggu-tunggu tiap tahunnya, yaitu Open recrutmen part 2 yang kali ini diadakan di SDIT Peradaban Cilegon. Suasana yang sejuk dekat persawahan dan kondisi alam yang baik membuat kami menikmati acara DM1 Part 2 kali ini.

Ada beberapa hidangan materi yang menarik, diantaranya: Makna Syahadatain (Kang Zaenal), Sumuliatul Islam (Kang Irfan Ali), keKAMMIan (Bang Hasan Basri), Ukhuwah Islamiyah (Bang Omat), Problematika Ummat (Kahfi Yunus) dan Manajemen Aksi (Bang Jaka Tampati). Serangkaian materi yang memeberi banyak inspirasi ini melingkupi aspek pengenalan kader kepada KAMMI. Dalam waktu 2 hari 1 malam ini pun menjadi waktu yang efisien untuk pembekalan kader-kader KAMMI yang baru, menjadikan mereka berani dalam diskusi ditiap materi dan aksi lainnya.

Materi keKAMMIan yang membuat penasaran sampai banyak yang mendapat ilmu dan pengetahuan sejarah baru, diharapkan dengan adanya materi keKAMMIan bisa memberikan penyadaran untuk kita, agar bisa menjadi mahasiswa aktif dan mengetahui apa-apa yang harus dilakukan kedepannya karena melihat pengalaman lalu yang luar biasa.

Setelah itu, yang sangat membuat semangat menggebu adalah materi Manajemen Aksi yang menyajikan bagaimana cara dan pengertian aksi yang sebenarnyaa. Menggambarkan bahwa aksi bukanlah sikap anarki mahasiswa yang menjadi pandangan banyak orang, melainkan menjadi wadah aspirasi rakyat efektif. Media untuk mengingatkan para pemerintah yang mungkin lupa dengan program kerja atau janji-janji yang mereka buat. Untuk meningkatkan kreatifitas dan pengetahuan para peserta DM1, maka pembicara yang sekaligus turo dalam materi manjemen aksi ini memberikan ksempatan untuk peserta membuat tulisan yang menggambarkan unek-unek yang ada dalam hati mengenai kondisi Indonesia, dan mempost hastag #geregetan dengan komen tentang geregetannya kita dengan kondisi Indonesia di twitter.

Selain ada materi, ada juga muhasabah bersama yang mengharukan, mengingatkan diri kita agar tetap bisa mengatur hati dalam bertingkah laku dan ini juga menjadi wadah untuk evaluasi bersama. Dengan muhasabah dapat memberi motivasi dan meringankan beban yang ada dalam fikiran, refresh kembali ruhiyah dan menjaga ukhuwah, InsyaALLAH.

Suasana yang takan pernah terlupakan, semoga DM1 part 2 kali ini dapat mencetak kader yang istiqomah dan dapat mengokohkan batu bata peradaban KAMMI dalam menuntaskan perubahan. Aamiin...
WAB. (hst/humas)
Continue reading >>

Senin, 22 April 2013

Benarkah Kartini Pejuang Emansipasi Wanita?

0 komentar
Oleh Arsanti Aradea 
Kepala Departemen Kajian Strategis Aksi dan Advokasi 
KAMMI Untirta 2013

Perempuan dapat merubah dunia dengan cara menulis apa yang dipikirkannya dan dirasakannya agar tercipta suara baru, 
dunia baru dan makna-makna baru. 
(Helene Cixous, seorang tokoh feminis Postmoderen Perancis)

Kartini dan emansipasi, dua kata yang sulit dipisahkan. Di balik riwayat Kartini dengan surat-suratnya yang terkenal dan riwayat gagasan emansipasi yang terinspirasi feminisme dari zaman Pencerahaan, segolongan aktivis feminisme mencoba membajak sejarah untuk kepentingan-kepentingan tertentu, atau menjunjung nilai-nilai tertentu. Raden ajeng kartini, mungkin nama ini bukan lagi nama yang asing untuk rakyat Indonesia, beliau dikenal sebagai seorang tokoh perempuan yang memperjuangan “hak”perempuan untuk bisa setara dan sama dengan laki-laki. Atau sering kita kenal dengan sebutan emansipasi wanita.

Banyak tulisan tentang beliau yang dituliskan dalam bentuk surat-surat yang sangat menggambarkan keadaan kaum wanita saat itu. Waktu berjalan hingga kita tiba di zaman dimana wanita harus diakui, wanita punya kebebasan, wanita juga kuat, wanita juga mampu dan sebagainya.

Dalam perayaan hari hari kartini, seringkali kita ditemui oleh fakta bahwa seremonial hari kartini kebanyakan diisi oleh talkshow yang berisikan diskusi dengan perempuan yang sukses, seperti pengusaha perempuan, pemimpin perempuan, polisi perempuan, dan bahkan mungkin presiden perempuan.


Kartini dan Emansipasi Perempuan

Pertanyaan sederhana sebetulnya adalah : benarkah Kartini memperjuangkan emansipasi, atau hak-hak perempuan atauapapun namanya? Jikapun benar, apakah apa yang diperjuangkan Kartini sama dengan apa yang diperjuangkan kaum feminis hari ini hingga mereka merasa memiliki lisensi untuk mencatut nama Kartini?

Dinegeri ini hari kelahiran Kartini, 21 April, selalu diperingati tapi sayangnya hanya identik dengan kebaya. Karnaval anak sekolah atau tiap acara pakai kebaya termasuk acara di televisi. Momentum hari Kartini sangat identik dengan emansipasi perempuan. Kaum feminis di negeri ini, memaknai emansipasi sebagaisemangat kesetaraan gender. Terlebih mereka ingin melegalkannya dalam hukum Negara, sedang menarik untuk dibahas Rancangan Undang-Undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG).

Ingin sekali rasanya menghadirkan Kartini dan mengkonfirmasi emansipasi perempuan yang dimaksud itu seperti apa? Hanya khayalan. Sekarang masing-masing kepaladari kita mulai memaknai emansipasi perempuan itu. Dari kutipan salah satu surat Kartini : 
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, BUKAN SEKALI-SEKALI KARENA KAMI MENGINGINKAN ANAK-ANAKPEREMPUAN ITU MENJADI SAINGAN LAKI-LAKI DALAM PERJUANGAN HIDUPNYA. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri kedalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” [Surat Kartini kepada Prof. Antondan Nyonya, 4 Oktober 1902]

Dalam bukunya yang fenomenal, Api Sejarah, Ahmad Mansur menulis : 
“Dari surat-suratnya yang dikenal dengan Habis Gelap Terbitlah Terang, ternyata R.A Kartini tidak hanya menentang adat, tetapi juga menentang politik kristenisasi dan westernisasi. Dari surat-surat R.A. Kartini terbaca tentang nilai Islam di mata rakyat terjajah waktu itu. Islam sebagai lambang martabat peradaban bangsa Indonesia. Sebaliknya, Kristen dinilai merendahkan derajat bangsa karena para gerejawan hanya memihak kepada politik imperialisme dan kapitalisme.”

Di Sisi ini yang kurang diperhatikan oleh pegiat emasipasi wanita dan feminisme. Bahwa Kartini sebagai sosok pembela hak perempuan dapat saja benar adanya, sebagaima wanita sezamannya Raden Dewi Sartika yang giat memperjuangkan pendidikan, utamanya pencerdasan kaum perempuan bahkan mendirikan Kautamaan Isteri pada tahun 1916. Hanya saja, amatberlebihan jika semangat pembelaan hak dan pencerdasan bangsa ini lantas ditafsirkan sebagai upaya merintis emansipasi, sebagaimana yang dilihat dari kacamata kaum feminis. Secara adil, seharusnya mereka juga melihat sosok Kartini sebagai pembela nilai Islam dari serangan Barat dan perintis pencerdasan perempuan, semua gagasan itu sudah mendapat landasannya dalam ajaran Islam, bukan dalam ajaran Barat.

Jelas perjuangan Kartini bukan untuk menyetarakan gender, justru karena paham akan peran dan tanggungjawabnya yang utama sebagai perempuan maka dibutuhkan kapasitas yang sesuai. Ibu sebagai pendidik pertama untuk anak-anaknya akan lebih berkualitas jika berpendidikan juga. Layaknya teko, ia dapat mengalirkan air yang segar jika diisi dengan air segar juga.

Perkembangan zaman kemudian menuntut perempuan untuk berperan juga di sektor publik. Rosululloh SAW dan para shabiyah pun telah mencontohkan, merekapun mengizinkan. Ummu Athiyah berkata, “Saya ikut dalam peperangan bersama Rosululloh SAWsebanyak tujuh kali. Saya tinggal di barak-barak mereka, lalu saya membuatmakanan untuk mereka, mengobati yang terluka dan merawat yang sakit” (HRMuslim) juga kepemimpinan Aisyah pada Perang Jamal meskipun ada realitas yangtak baik. Itu bukan karena ia sebagai perempuan tapi karena kesalahan strategi politik.

Secara biologis laki-laki dan perempuan jelas berbeda, terkait peran dan tanggungjawabnya Rosululloh SAW pun tak melarang perempuan berperan di sektorpublik. Akan lebih mudah memahami masalah ini dalam kacamata determinasi peranyang dilakukan dengan prinsip keadilan oleh Alloh SWT, bahwa antara laki-laki dan perempuan perlu ada penataan posisi. Setiap peran tidaklah lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Kalaupun seorang perempuan memilih menjadi ibu rumah tangga, pendidik generasi, dan tidak bekerja di sektor public, hal itu bukanlah pekerjaan ringan yang bisa dianggap rendah atau sambilan. Ketika ia memilih peran tersebut dalam konteks ketinggian martabatnya, maka itu adalah bentuk kemerdekaan yang tak bisa disalahkan (Takariawan,2003:104)

Sekadar Penutup 
Ketikakaum feminis memanfaatkan hari Kartini untuk memperjuangkan pemikirannya maka kita juga harus lebih memanfaatkan momentum ini untuk melawan pemikiran kaum feminis itu. Tiap orang menginspirasi, dari seorang tukang batupun maka tak salah kalau terinspirasi dari Kartini. Dengan syarat tak mengagung-agungkannya. Hari kelahiran para pahlawan sering kali dijadikan sebagai hari nasional seperti Hari Kartini dan Hari Pendidikan atas kelahiran Ki Hajar Dewantara, sama sekali tak bermaksud untuk mengagung-agungkan mereka apalagi menyandingkan mereka dengan Rosululloh SAW dan para shahabah dan shahabiyah. Naudzubillah. Hanya memanfaatkan momentum, hanya belajar menjadi negarawan.

Oleh karena itu, alih-alih Kartini, umat Islam memiliki banyak sosok lain dari gudang keteladanan generasi shahabiyah. Sebut saja Sayidah Aisyah ra, seorang isteri Nabi Shallawahu ‘Alaihi Wassalam sekaligus narator hadits, intelektual perempuan sepanjang zaman. Bagi kaum perempuan umat Islam, sosok ini, dan jugapara shahabiyah lainnya, lebih wajar untuk dipanut.

Hakikatnya belajar, berubah dari tidak tau menjadi tau, memperbaiki kesalahan dan senantiasa mencari kebenaran. Berusaha belajar ketika bertemu apa dan siapa saja serta ketika singgah dimana saja. Wallahu a’lam bi ash shawab. Hanya Alloh Pemilik Kebenaran Hakiki. 


Referensi: 
Draft Rancangan Undang-Undang Keadilan dan Kesetaraan GenderTakariawan, Cahyadi. 2003. Fikih Politik Perempuan. Solo : Era Intermedia
Continue reading >>

TEKAD (Temu Kader) KAMMI Untirta

0 komentar


Ahad (21/04) yang bertempatan di Aula PKM B, menjadi momentum silaturahim besar bagi KAMMI Komisariat Untirta kabinet Batu Bata Peradaban, karena dapat berkumpul dengan para senior handal KAMMI Untirta dari periode sebelumnya/lintas generasi. KAMMI Untirta yang telah dibangun dari tiap perjuangan walau berbeda namun tetap mengacu pada tujuan yang sama, yaitu bersama-sama bergerak dan menuntaskan perubahan.

Yang berkesempatan hadir untuk berbagi kisah, yakni ada Bang Mumu (Muhidin), Bang Ikhwan Martin, Bang Kiking Mutaqin, Bang Dadang Kuswandi, Bang Robby Mubarok, Bang Jaka Tampati, dan Kahfi Yunus. Cerita yang disampaikan untuk membangun komisariat pun bergantian diungkapkan oleh masing-masing periode. Dari setiap periode memiliki kisah yang berbeda, tantangan dan masa yang berbeda hingga membedakan pula teksin bergeraknya. Suka duka akan selalu ada dalam menemani perjuangan dakwah para muslim negarawan.

Pada kesempatan yang luar biasa ini, banyak sekali masukan yang positif untuk pergerakan KAMMI kedepannya, terutama dalam hal aksi-aksi nyata. Motivasi yang diberikan menjadi suatu sinergi untuk para pejuang Batu Bata Peradaban dalam memantapkan kegiatan yang akan dilakukan. Masukan-masukan yang memotivasi inilah yang akan menjadi semangat baru. Setelah semua memaparkan kisah dari periode masing-masing, terlihat sudah bahwa KAMMI adalah generasi yang kritis, kreatif, energic, positif, supel, aktif, cermat dan yang pasti selalu memiliki harapan untuk perbaikan Indonesia.

Harapan demi harapan terucap, semua sangat memberikan dampak positif dalam memotivasi adik-adiknya yang masih harus berjuang sungguh-sungguh. Harapan dari kami disini, semoga dengan adanya TEKAD dihari ini bisa menjadi awal dalam menjalin lagi silaturahim, agar setiap situasi dan kondisi dapat dihadapi bersama. Semoga KAMMI Untirta akan selalu eksis dalam menuntaskan perubahan. (hst/humas)
Continue reading >>

Senin, 15 April 2013

Pengibaran Bendera Israel di Indonesia? Menghianati Cita-cita Bangsa!

0 komentar
Senin (15/04) di taman masjid SNAB Untirta, Departemen KASTRAD KAMMI Komisariat Untirta mengadakan diskusi mengenai akan diadakannya pengibaran 100 bendera Israel di DKI Jakarta dalam rangka HUT Israel. Maraknya kecaman rezim yahudi pada saudara-saudara kita di Palestina, ternyata tak berhenti hanya di Palestina saja, sedikit demi sedikit israel mulai menembus berbagai negara untuk dijadikan tempat singgah. Keturunan Israel yang berada di Indonesia pun membuat statmen bahwa akan diadakannya pengibaran bendera Israel di DKI Jakarta.

Berita ini mulai mencuat di berbagai media, khususnya media online. Namun upaya pengibaran tersebut tak dapat dilakukan, karena banyak faktor yang dipermasalahkan dalam teknis pengibaran. Seperti yang dipaparkan oleh Unggun Dahana (salah satu tokoh keturunan Israel) melalui akun twitternya @unggunDAHANA, "100 Bendera Israel belum ada yang beli. Jadi HUT Israel di Jakarta 15 April BATAL". 

Jika ada yang mengatakan "Mengapa harus dihindari? Toh Indonesia negara demokrasi" maka sangatlah mudah untuk menjawabnya. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, membawa kita pada sebuah masa penyadaran, jika ada bangsa apalagi yang belum diakui keberadaannya, maka tidak layak untuk melakukan aktifitas seperti layaknya negara. Apalagi sampai mengadakan acara HUT di negara lain.

Kita ambil contoh saja, jika Malaysia yang kita tau memilki wajah yang "berbeda" dari pandangan Indonesia, lalu mereka berani mengibarkan banyak bendera untuk merayakan HUTnya, maka apa yang akan kita lakukan? Apakah kita hanya berdiam lalu menonton saja? Pastilah tidak. Akan ada perlakuan yang berbeda. 

Oleh karenanya, KAMMI Untirta sangat menghimbau bagi rakyat Indonesia yang masih sadar akan kebangkitan bangsa ini, untuk bersama-sama menolak dengan keras tentang adanya pengibaran atau aktifitas semena-mena dari israel yang belum jelas asal-usulnya, yang merampas hak. Karena kita mengetahui bahwa hak dibumi ini harus ditegakan, maka dari itu di Indonesia sendiri diadakan lembaga pemerintahan khusus mengatasi Hak Asasi Manusia.

Banyak yang dibahas dalam kesempatan diskusi dalam nuansa SPEAK kali ini. Terutama mengenai pengaruh yahudi dalam pembangunan bangsa ini. Semoga kita bisa menjadi insan yang melek kondisi, agar kita bisa sama-sama menjaga dan membina bangsa kita yang tercinta ini dengan baik dan selayaknya. (hst/humas)
Continue reading >>
 

KAMMI Komisariat Untirta - Copyright  © 2012 All Rights Reserved | Design by OS Templates Converted and modified into Blogger Template by BTDesigner | Back to TOP